Salam Rindu untuk Purnama Kini

Semalam ku lihat bulan bulat penuh indah menawan. Melintas beberapa tahun lalu tatkala belum banyak bangunan di daerah tempat tinggalku.

Jika purnama tiba, aku bermain di halaman rumah tetanggaku yang paling luas. Hampir seluruh anak-anak kampung ku berkumpul di sana. Ada yang bermain ular naga, gobak sodor, bentengan, jamuran, dan masih banyak lagi. Semua nyanyian, jeritan, lantang terdengar diantara derai tawa kami, anak-anak kampung yang gembira menyambut purnama.

Yang paling aku ingat, ketika itu para ibu juga berkumpul di sana sekedar mengawasi kami dan ada yang menggendong anaknya yang masih batita sambil nyanyi kecil...Wulan gede, wulan gede, njaluk ayu setitik wae..duuuuuhhh...indahnya masa itu..

Semalam, purnama penuh. Indah menawan. Namun dia terlupakan. Tak ada lagi anak-anak yang menyambut hadirnya, para ibu yang menyambat minta kecantikan purnama untuk buah hatinya.

Purnama tertutup gedung-gedung tinggi di kota. Dia mencari-cari teman-temanku, untuk memujanya. Namun takkan pernah dia jumpa.

Purnama, teman-temanku kini sibuk mengajari anak-anak mereka browsing karena tugas sekolah anak-anaknya butuh internet, teman-temanku yang di kampung pun mendampingi anak-anaknya nonton televisi yang sebagian acaranya banyak plagiat dari acara-acara televisi luar negeri ataupun film-film luar negeri yang gak karua-karuan itu.

Purnama, romantisme yang kau ciptakan pun sudah lagi tak diminati pemuda pemudi jaman ini. Meski dulu namamu digunakan para penyair untuk merayu rindu.

Suara-suara bening yang lantang itu kini sunyi. Halaman terluas milik tetanggaku pun kini menjadi bangunan yang mendatangkan duit untuknya.

Dan sepertinya generasi masa kini tak akan pernah tahu betapa indahnya hidup anak-anak jaman dulu. Permainan apa saja yang pernah berjaya masa itu, masihkah akan ku lihat sekarang....???